Musibah asap di Palembang menyebabkan Sriwijaya FC harus menjasi tuan rumah babak semifinal kedua Piala Presiden di luar homebase asli mereka di stadion Jakabaring.
Pilihan yang jatuh di Stadion Manahan kota Solo diharapkan bisa mendatangkan keberuntungan lanjutan bagi tim Laskar Wong Kito. Catatan hasil positif setiap main di Manahan membuat Sriwijaya FC memiliki mitos dan statistik tersendiri di Solo.
Sriwijaya FC boleh memiliki kisah kemenangan selama bermain di Manahan Solo, tapi Arema Cronus yang akan mereka jamu kini justru menjadikan catatan itu sebagai salah satu motivasi untuk menang.
Fabiano Beltrame dan kawan-kawan termotivasi untuk mematahkan mitos Sriwijaya FC yang tidak terkalahkan saat bermain di Manahan Solo.
General Manager Arema Cronus, Ruddy Widodo menyatakan timnya tidak terbebani dengan mitos. Menurutnya Sriwijaya FC boleh menyebut alasan memilih lokasi kandang leg kedua semifinal dengan alasan catatan sejarah mereka, tapi kondisi di lapangan bisa berbeda.
“Kita lihat saja nanti, Arema justru akan bersemangat mematahkan mitos dan catatan sejarah itu, kami bisa menang,” ujar Ruddy, Jumat (9/10/2015).
Keyakinan serupa juga dilontarkan pelatih Arema Cronus, Joko Susilo yang menyebut pemainnya tidak akan terpengaruh dengan hasil-hasil sebelumnya di Manahan Solo.
Berdasarkan catatan yang ada, Arema dua kali ditundukkan Sriwijaya FC saat bertanding di stadion Manahan Solo. Kekalahan itu masing-masing terjadi di tahun 2010 dan 2012.
“Kami tidak pernah trauma. Sama dengan mereka ( Sriwijaya FC) pernah kalah di Kanjuruhan juga bisa bangkit di perta dingan berikutnya. Tidak ada trauma. Yang penting bagaimana besok kalau mau menang harus kerja keras,” tandas pelatih berjuluk Gethuk itu.
Baginya motivasi menang para pemain Arema bisa semakin kuat dengan target membalikkan sejarah. “Rekor menang, statistik memang mereka punya keungulan di sana (Solo). Kita buktikan semua nantin di lapangan,” tambah Gethuk.
Sumber:
tribunnews
Leave a Reply