ILMUWAN MUSLIM IBN RUSYD (AVERROES)

Pada abad pertengahan dunia Islam mencapai prestasi yang biasa disebut The Golden Age. Bukan hanya soal pencapaian target politik para pemimpinnya tetapi juga prestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.Kini semakin banyak diungkap peran ilmuan muslim di dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Hampir semua bidang keilmuan, baik ilmu-ilmu agama, humaniora, maupun ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, kimia, fisika, biologi, astronomi, dan ilmu-ilmu praktis lainnya.

Salah satu Ilmuwan yang terkenal saat itu Ibnu Rusyd, nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad Ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Rusyd, di Eropa lebih dikenal dengan Averroes. Beliau lahir di Cordova, Andalus pada tahun 520 H/ 1126 M, sekitar 15 tahun setelah wafatnya abu Hamid al-Ghazali.

Ketika Andalusia (Spanyol) menjadi salah satu pusat peradaban Islam yang maju dan cemerlang serta banyak menghasilkan ilmuan-ilmuan muslim besar seperti Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail. Di sisi lain, Eropa masih berada dalam zaman kegelapan, kebodohan dan terkungkung dalam hegemoni kekuasaan gereja (The dark middle ages), sehingga dapat dilihat dalam konteks sejarah bahwa dengan munculnya peradaban Islam di Andalusia, telah menjadi jembatan bagi Eropa untuk mengetahui dan mempelajari Ilmu pengetahuan khususnya filsafat. Dengan demikian dunia Islam telah memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan Eropa.

Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.

Tidak hanya seorang ilmuan terpandang, ia juga ikut ke medan perang melawan Alphonse, raja Argon. Khalifah begitu menghormati Ibnu Rusyd melebihi penghormatannya pada para pejabat daulah al-Muwahhidun dan ulama-ulama yang ada masa itu. Walau pun demikian Ibnu Rusyd tetap menjadi orang yang rendah hati, ia menampilkan diri secara arif selayaknya seorang guru dalam memberi petunjuk dan pengajaran pada umat.

Posisinya yang sedemikian penting dalam pemerintahan tidak membuatnya takabur dan berbangga hati. Ia tetap menampilkan kebersahajaan dan ketawadhu’an dalam masyarakat. Ia dikenal sangat konsisten dan istiqamah mempertahankan prinsip, khususnya kejujuran ilmiah. Karena kejujurannya sehingga ia mengalami masa tidak enak dengan raja penguasa (khalifah).

Ibn Rusyd tidak mengindahkan pendapat khalifah penguasa untuk menghentikan menulis hal-hal di luar ilmu-ilmu murni. Namun Ibn Rusyd terus menulis apapun yang akan ia tulis. Akhirnya hubungan dekat dengan Khalifah segera berakhir. Khalifah menginstruksikan agar karya-karya Ibn Rusyd disingkirkan, termasuk karya-karyanya yang pernah dipesan khusus oleh Khalifah.

Sebagian karyanya dimusnahkan. Yang selamat ialah yang berkaitan dengan ilmu-ilmu murni saja.Ia menjalani pengasingan di Yasyanah. Tentu saja tindakan Khalifah ini sangat konyol dan menyebabkan kerugian ilmu pengetahuan yang luar biasa. Ternyata pengalaman pahit Ibn Rusyd bukan hanya kepada dirinya tetapi juga dialami oleh sejumlah ilmuan lainnya. Inilah pengalaman pahit yang harus dialami orang-orang yang tangguh di dalam mempertahankan prinsipnya.

Setelah selesai menjalani tempoh pembuangannya, beliau pulang semula Kardova. Kehadirannya di Kardova bukan sahaja tidak diterima, tetapi beliau telah disisihkan oleh orang ramai serta menerima pelbagai penghinaan daripada masyarakatnya.

Keunggulan Ibn Rusyd dalam bidang keilmuan dibuktikan dengan parktek keseharian Ibn Rusyd. Di pagi hari ia praktek sebagai dokter dan ilmuan kimia-biologi, di siang hari ia praktek sebagai ahli fikih dan memberi bantuan hukum kepada masyarakat. Di malam hari ia seorang ulama sufi.

Banyak karya Ibn Rusyd yang sangat menakjubkan. Jika kita membaca kitab Bidayah al-Mujtahid yang berisi fikih perbandingan mazhab, kita lupa kalau dia seorang dokter. Jika kita membaca Kulliyaatfi at-Tibb,yang berisi ensiklopedia kedokteran, sama sekali tidak disangka kalau dia seorang ulama fikih.

Jika kita membaca kitabnya FashlAl-Maqal fi Ma Bain al-Hikmahwa al-Syariah, yang memuat aspek sufisme dalam konsep Syari’ah Islam, jauh dari persangkaan kita kalau dia seorang dokter spesialis bedah. Perdebatan kreatif-produktifnya dengan Imam Al-Gazali betul-betul menampilkan sebuah pribadi utuh dan wawasan keilmuannya yang komprehensif.

Ibnu Rusyd  merivisi buku Imam Malik, Al-Muwaththa, yang dipelajarinya bersama ayahnya Abu Al-Qasim dan ia menghapalnya. Ia juga juga mempelajari matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan ilmu pengobatan. Guru-gurunya dalam ilmu-ilmu tersebut tidak terkenal, tetapi secara keseluruhan Cordova terkenal sebagai pusat studi filsafat

Buku lain yang terkenal Al Taysir. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Inggeris dengan judul Faclititation of Treatment.

Kitab-kitab lain hasil karya beliau:

  1. Tahafut at-Tahafut. Kitab ini berupaya menjabarkan butir demi butir keberatan al-Ghazali.
  2. Fash al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari’ah min al-Ittishal. Kitab ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dengan agama
  3. Al-Kasyf’an Manahij al-Adillat fi ’Aqa’id al-Millat, berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi
  4. Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, berisikan uraian-uraian di bidang fiqih

Ibn Rusyd berpendapat ada 3 macam cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yakni:

  1. Lewat metode al- Khatabiyyah (Retorika)
  2. lewat metode al-Jadaliyyah (dialektika)
  3. Lewat metode al-Burhaniyyah (demonstratif)

Pada lewat penghujung usianya, kedudukan Ibnu Rusyd dipulihkan semula apabila Khalifah Al-Mansor Al-Muwahhidi menyedari kesilapan yang dilakukannya. Namun, segala kurniaan dan penghormatan yang diberikan kepadanya tidak sempat dikecapi kerana beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1198.


Terkait: 82 83 84 85

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*