KHUTBAH JUMAT: MEMILIH PEMIMPIN

 إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ …
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah

Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan ibadah jumat di kesempatan ini. Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh.

Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw

Kita juga bersyukur kepada Allah, karena kasih sayang-Nya, kita dikumpulkan dalam barisan orang-orang yang beriman. Dan kita berharap, semoga di hari kiamat kelak, kita juga dibangkitkan bersama orang-orang yang beriman.

Kaum muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,

Salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Siapakah nantinya yang akan menjadi pemimpin di Jakarta ini.

Dalam Islam, pemimpin itu dipilih karena dua hal, yaitu;

  1. Karena dia Muslim;
  2. Karena dia menjalankan syariat Islam.

Dalam al-Quran, Allah telah memberikan contoh sosok pemimpin yang ideal

Alloh memilih Malaikat Jibril, menjadi pemimpin para Malaikat, karena Malaikat Jibril memiliki karakter sempurna yang puji oleh Alloh dalam al-Quran,

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ

“Sesungguhnya Alquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS. at-Takwir: 19-21)

Begitu pula Ketika Allah menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf, sebagai bendahara Mesir, Allah menyebutkan bagaimana al-Aziz, pemuka mesir memuji Yusuf,

إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah pada sisi kami”.

Nabi Yusuf memiliki 4 kriteria yang mencerminkan pemimpin ideal:

  • مَكِينٌ: memiliki kedudukan, sehingga beliau dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa ada yang menghalangi.
  • أَمِينٌ: beliau orang yang amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga tidak mungkin mengkhianati rakyatnya.
  • حَفِيظٌ: beliau orang yang mampu menjaga, baik perkataan dan perbuatannya, teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang yang menggampangkan masalah.
  • عَلِيمٌ : beliau orang yang berilmu, paham bagaimana cara mengatur pemerintahan dengan benar. Mengetahui skala prioritas bagi negaranya.

Sehingga dengan 4 karakter ini, beliau menjadi pemimpin yang ideal.

Ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’adz bin Jabal untuk memimpin negeri Yaman

Beliau bertanya pada Mu’adz, “Apabila kamu menghadapi suatu masalah, bagaimana kamu memutuskannya?”

Muadz menjawab, “Akan kuputuskan dengan apa yang terdapat dalam kitab Allah.”

Rasulullah bertanya, “Jika tidak terdapat dalam Kitab Allah?

Muadz menjawab, “Dengan sunnah Rasulullah.”

Rasulullah bersabda, “Jika tidak terdapat dalam sunnah Rasulullah?”

Muadz menjawab, “Aku akan berijtihad dengan pendapatku tanpa berlebihan.”

Rasulullah pun menepuk dada Muadz seraya bersabda, “Segala puji hanya bagi Allah yang telah membuat sepakat utusan Rasulullah yang menjadikan Rasulullah rela.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi)

Hadits ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin itu harus seorang Muslim (karena yang lebih faham tentang syariat Islam adalah orang Muslim), dan tugasnya untuk melaksanakan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah.

Beberapa waktu lalu hingga saat ini, ramai dibicarakan bahwasannya “Pemimpin Kafir yang tidak korupsi itu lebih baik daripada pemimpin Muslim yang korupsi”. Ini merupakan kalimat setan yang berbahaya dan menyesatkan ummat Islam. Seolah-olah tidak ada pemimpin Muslim yang jujur. Dan seolah-olah pemimpin kafir itu boleh dipilih oleh ummat Muslim. Ini jelas penyesatan yang harus diluruskan.

Kalau mau sama mustinya “lebih baik mana pemimpin islam yang taat beragama dengan pemimpin kafir yang tidak beriman kepada Alloh” coba kalau dibalik “Lebih baik mana pemimpin Islam yang santun dengan pemimpin kafir yang Arogan?”

Pemimpin Kafir itu jelas-jelas haram secara tegas dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 28, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin….” ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa HARAM..!! seorang Muslim memilih pemimpin yang kafir. Bahkan jika ayat tentang haramnya Babi, tentang haramnya minuman keras, tentang haramnya mencuri, hanya beberapa ayat  Semua sami’na wa ato’na

Sedangkan perintah memilih pemimpin muslin belasan ayat (Almaidah 51, Al Imron 28, An-Nisaa’ : 144, Al-Maa-idah : 57, At-Taubah : 23, Al-Mujaadilah : 22, Al ‘Imraan : 118, At-Taubah : 16, Al-Qashash : 86, Al-Mumtahanah : 13, Al ‘Imraan : 149-150, An-Nisaa’ : 141, An-Nisaa’ : 138-139, Al-Maa-idah : 80-81, Al-Mumtahanah : 1, Al-Mujaadilah : 14-15, Al-Mumtahanah : 5 ), Ini merupakan ketegasan Allah tentang pengharaman memilih pemimpin kafir. Harusnya juga sami’na wa atokna

Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah.

Analogi sederhananya adalah seperti kita memilih Imam untuk sholat berjamaah, yaitu untuk melaksanakan syariat Allah, yaitu syariat tentang sholat. Maukah kita di-imami oleh orang kafir? Jelas tidak! Karena bukan hanya batal sholat kita, juga orang kafir ini tidak akan tau bagaimana cara sholat, karena dia kafir. Begitu juga memilih penguasa/pemimpin negara atau pemimpin kaum muslim. Seharusnya kita dengan tegas menolak pemimpin kafir. Karena dipastikan dengan jelas dia tidak akan mau menerapkan hukum syariat islam, bahkan dia saja tidak akan faham tentang syariat Islam.

Jika pemimpin kafir ini dibiarkan, ini akan sangat bahaya. Bayangkan jika dia memimpin lalu melegalkan miras, melegalkan perzinahan, melegalkan judi, dosa orang-orang yang berzina, berjudi dan pemabuk akan mengalir kepada si pemilih pemimpin ini, yaitu kaum Muslim jika mereka memilih pemimpin kafir. Kita hanya memilih sekali, lalu kita beribadah dengan tekun, tapi pemimpin kita melegalkan kemaksiatan, maka kemaksiatan ini akan mengalir terus menerus kepada kita. Naudzubillahi min dzalik..!! berapa banyak dosa kita, padahal kita tak melakukan dosa itu..!! hanya karena kita salah memilih pemimpin.

Sebagai orang yang beriman, tentu kita berharap, siapa saja yang memimpin kita adalah manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya, dan berpihak kepada kaum muslimin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*