KHUTBAH JUMAT BULAN MUHARROM

ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ.

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :أَعُوْذُبِااللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ، فَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخْرِجُواْ مِن دِيَارِهِمْ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُواْ وَقُتِلُواْ لأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ ثَوَاباً مِّن عِندِ اللّهِ وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Melalui mimbar khutbah ini, saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada para jama’ah sekalian, marilah kita bersama-sama senantiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti yang sebenarnya. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Bahwasannya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan seorang yang lainnya. Maka alangkah bahagia dan beruntungnya orang yang termasuk dalam golongan muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqam yang mulia di sisi Ilahi.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Masih di bulan Muharram ini memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada kita semua. Yaitu dengan menggunakan nikmat itu ke jalan yang di ridloi-Nya. Bersyukur atas nikmatnya, maka Allah pun akan menambah nikmat itu. Sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah SWT berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab–Ku sangat pedih.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Sebagai upaya memningkatkan iman dan taqwa kepada-Nya, maka melalui datangnya Tahun Baru Hijriyah ini kita menengok sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi SAW dan para sahabat-sahabat beliau menegakkan agama Allah.

Sebagaimana di ketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya. Mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar Nabi SAW menghentikan dakwahnya.

Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin keras, namun sungguh suatu keajaiban, semakin keras penindasan dan dan semakin keras penganiayaan, Islam pun semakin berkembang. Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar atau menjadi murtad bagaimanapun kerasnya kekejaman dan penganiayaan yang mereka lakukan.

Makin hari kekejaman itu semakin menjadi-jadi, dan kemudian mencapai puncaknya. Mereka sepakat untuk menangkap dan membunuh Nabi SAW. Dalam keadaan genting itulah, Rasulullah mendapat perintah hijrah ke Madinah. Maka berhijrahlah Beliau bersama para sahabat menuju kota Yatsrib, yang sekarang menjadi kota Madinah.

Peristiwa hijrah ini terjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnmya mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relevan atau cocok dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap cocok dijadikan rujukan kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Diantaranya:

Pertama, hijrah merupakan perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para sahabat sudi meniggalakan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman, mereka rela berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman batin, kalau batin sudah merasa tentram dan teraasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan dzahir yang mereka alami tidak akan terasa. Itulah mengapa sebabnya para sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam memperingati tahun baru hijriyah ini, perlulah kita tanamkan keimanan dalam diri kita sebagaimana imannya para sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk amal-amal saleh dalam kehidupan ini.

Para jamaah, iman akan membuat hidup seseorang jadi terarah. Kekuasaan dan kebebasan berfikir harus ada imbangannya. Allah tidak harus ada imbangannya. Allah tidak hanya menganugerahkan akal pada amnesia, tapi juga hati. Kita memang butuh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan keimanan akan membuat manusia semakin sadar akan hakikat dirinya, timbul pengakuan sebagaimana tersebut dalam surah Ali Imran ayat 191:

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِل

Artinya: “Ya Tuhan kami, tiada sia-sia Engkau menciptakan ini.”

man juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu. Makhluk yang bernama Malaikat cuma dianugerahakan akal saja tanpa nafsu, karena itu tidak ada malaikat yang mendurhakai Allah, sehingga wajar kalau kita tiap hari berbuat salah. Sedangkan manusia diberi kedua-duanya akal sekaligus nafsu. Jika akal yang menguasai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya maka sifat-sifat binatang yang menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah dalam suarh At-Tin ayat 4 dan 5 yang berbunyi:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Hikmah kedua adalah bahwasanya hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan sahabat untuk ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori menyatakan bahwa amal-amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi tiap orang apa yang diniatkannya.

Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai peringatan hijrah dan langkah memasuki tahun baru hijriah.

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah,

Kemudian hikmah ketiga adalah bahwa hijrah adalah perjalanan ukhuwah.

Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah menyambut orang-orang Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam dan beliau diciptakan dari tanah. Maka bersatulah orang-orang muhajirin dan orang ansharsebagai saudara yang diikat oleh akidah. Dalam surah Al-Hujarat ayat 10 Allah Swt berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”

Dan kaum muhajirin dan anshar ini mendapat jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana dalam surah At-taubah ayat 100 Allah Swt berfirman :

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridla kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”

Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah

Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi SAW yang dapat saya sampaikan dalam khutbah ini. Sebegai penutup saya ingin menyampaikan dua kisah penting yang dapat kita petik dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir tepat di atas kepala dan baru melanjutkan perjalanan sore harinya. Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih kepada sesama mahluk Allah.

Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin Malik yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus unta dan wanita cantik untuk bisa membunuh Nabi, minimal bisa menggagalkan perjalanan ke Madinah.

Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan jatuh. Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan itu terjadi sampai tiga kali.

Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah ayat Al-Quran surat Al-Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

“Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa.”

Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan barang-barang perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun Beliau menolak.

Inilah pelajaran pertama, bahwa seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu dari orang lain karena kepemimpinannya.

Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar dan dua orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan. Perkemahan itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma’bad yang ternyata dalam keadaan serba berkekurangan.

Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus kerontang. “Jangankan susu Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada,” kata Umi Ma’bad kepada Nabi.

Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras kantong susunya dan dengan izin Allah hewan itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua kepada Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar, baru kemudian Nabi meminumnya.

Banyak perintiwa penting dalam hijrah, namun dari peristiwa yang barusan kita diajarkan bahwa semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan rakyatnya.

Umi Ma’bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. “Kenapa Anda tidak minum terlebih dahulu?” Nabi menjawab:

خَادِمُ اْلأُمَمِ آخِرُهُمْ شُرْباً

Nabi mengajarkan bahwa, pelayan umat itu semestinya minumnya belakangan, mendahulukan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*